Luwarsih Pringgoadisurjo (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 14 Februari 1930 – meninggal 04 Juli 1994 pada umur 64 tahun), merupakan salah satu perintis perpustakaan ilmiah di Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional (PDIN)-LIPI dan menjabat sebagai direktur PDIN sejak 1973 hingga 1989. Luwarsih merupakan adik kandung almarhum Nurtanio, pelopor industri penerbangan Indonesia yang meninggal tahun 1965. Setelah menamatkan sarjana muda di Fakultas Sastra UI tahun 1956, ia bekerja part timer di Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (sejak 1965 menjadi LIPI) di bagian dokumentasi.

Ia mengepalai bagian itu mula-mula dengan tiga tenaga pembantu. Ruangannya hanya satu kamar kecil. “Sejak itu saya betul-betul merasakan pekerjaan perpustakaan mempunyai tantangan yang banyak,” katanya. Tidak berapa lama kemudian ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di George Peabody College, Gainsville, Amerika Serikat, dalam bidang ilmu perpustakaan. Untuk beberapa waktu ia masih tetap disana sekaligus praktek kerja di National Library of Agriculture, Washington. Juga sempat praktek kerja di Biological Abstracts Editors di Philadelphia University of Florida.

Kembali ke Indonesia tahun 1961, ia menjabat wakil kepala bagian dokumentasi MIPI. Di tangan Luwarsih, lembaga ini berkembang menjadi perpustakaan ilmiah terbesar di Indonesia. Gedung berlantai lima itu dimanfaatkan sepenuhnya untuk perpustakaan dan pelayanan informasi bagi masyarakat yang membutuhkan, terutama kalangan ilmiah dari berbagai instansi dan perguruan tinggi. Lantai I dijadikan pusat reproduksi yang bertugas menyebarluaskan informasi. Lantai II, sebagian untuk sekretariat dan sebagian ruangan microfilm, microfiche dan buku-buku. Lantai III perpustakaan yang menyimpan berbagai majalah dari dalam dan luar negeri. Lantai IV pusat bibliografi, lantai V perpustakaan Leknas-LlPI.

Sebanyak 2.800 nama tercatat sebagai anggota perpustakaan ini. Dimasa kepemimpinan Luwarsih, PDIN membentuk Pusat Informasi untuk melayani pengunjung atau surat yang meminta pelayanan literatur. Bekerja sama dengan Pusat Bibliografi, Pusat Informasi akan menelusuri berbagai negara untuk mencari literatur yang tak ada di Indonesia. “Di kolong langit pun kami akan mencarikannya,” kata Luwarsih bersemangat.

Kerja keras Luwarsih membina perpustakaan untuk kalangan ilmuwan — lembaga yang dipimpinnya tak memakai nama perpustakaan, tetapi dokumentasi ilmiah — menyebabkan ia menerima penghargaan Bintang Jasa Naraya Kelas III yang disematkan Presiden Soeharto menjelang HUT proklamasi kemerdekaan tahun 1981. “Itu hasil kerja seluruh staf,” katanya merendah.

Luwarsih merupakan salah satu pendiri Himpunan Pustakawan Chusus Indonesia (HPCI) di tahun 1969 dan menjadi wakil ketua umumnya yang pertama. Dua tahun kemudian HPCI melangsungkan rapat anggota yang pertama di Bandung pada bulan Juli 1971. Luwarsih menjadi ketua umum yang kedua.

Luwarsih juga dikenal sebagai novelis. Karya fiksinya yang sudah terbit semuanya untuk pembaca remaja. Yaitu, Tati TakKan Putus Asa (1957), Lain Sekarang Lain Esok (1975) dan Menyongsong Badai (1970). Yang terakhir ini sempat memperoleh hadiah utama sayembara yang diselenggarakan Unesco dan Ikapi. Hingga wafatnya di tahun 1994, Luwarsih tidak menikah.

Pendidikan

  • Sarjana Muda Fakultas Sastra UI, 1956
  • Pascasarjana dari George Peabody College, Gainsville, Amerika Serikat

Referensi